The magic of first love is as painful when its over,
but do you know the sweetest part of it? It is when you learn to cry, to let go
, to be strong and to be wise . And when you love again, you will know how to
keep it . this time longer..
#~#
Sekarang
"Okay, class
dismissed."
Buku nota ditutup.
Pen dan segala perkakas dimasukkan ke dalam pencil case. Skrin telefon kembali
ditatap .Masih kosong.
" jom lepak kat
kafe?"
" Sorry la. Aku
kena balik rumah."
" Eh, bukan
parents kau tak de minggu ni?"
" Aku duduk
dengan nenek aku. Okay, pergi dulu. "
"
Okay.Anyeong."
Laju perkataan ' Memories ' ditulis di whiteboard 10
minit sebelum kelas tamat .Miss Kahi membetulkan kaca matanya yang hampir
terjatuh.
" Please compose your very own song as the
assignment for this weekend . The theme is about the ' Memories '. "
Sling bag diletak di
atas kerusi di sebelah . Buku nota hardcover hitam itu dikeluarkan dari beg .
Muka surat terakhir dicari . Sekali lagi Kaeun lepaskan keluhan kecil .
Pandangan menala ke arah wanita yang sudah separuh umur dihadapannya .
" Urm, halmoni,
how precious a memory is?"
Tangan berhenti
membalikkan penkek. Pandangan difokuskan kepada Kaeun. Dan dikalih kembali ke
kuali yang panas .
" Kenapa?"
" Assignment
orang.."
Senyuman terukir
tatkala halmoni menyambung kembali gorengannya yang terhenti sebentar tadi.
Tombol pintu
dipulas. Pintu hadapan terkuak .Haraboji . Lelaki yang separuh abad itu
mengukir senyum kepada halmoni. Senyum dibalas senyum .Rambut putih ditutupi
oleh topi . Masih kemas dengan jaket khakinya.
" Awak tu nak
ke mana lagi ?"
Kot khakinya sudah
ditukar ganti dengan kot yang lebih tebal .
" Banyak lagi
pastri yang tak habis jual. Saya balik lambat kut malam ni. Dalam pukul 8
."
" Okay.
Hati-hati . Salji lebat ."
Haraboji berlalu
dengan keretanya .
"
Halmoni.."
Loving him is like driving a
new Maserati down a dead-end street
Faster than the wind,
passionate as sin, ending so suddenly
Loving him is like trying to
change your mind once you're already flying through the free fall
Like the colors in autumn,
so bright just before they lose it all
Tahun-tahun sebelum itu
" Kangjun , aku
rasa aku suka Ara la.."
Pensel yang ligat
berpusing di jari Kangjun terlepas ke lantai .
" Kau okay tak
, Jun ?"
Perit . Air liur
terasa perit menuruni kerongkong . Kangjun menundukkan badan ke lantai mengutip
pensel .
" O-Okay
."
Tak, aku tak okay .
" Aku ingat nak
confess kat dia nanti Graduation Day nanti . "
" Minggu depan
maksud kau?"
" Aah. Eh, Jun
, aku pergi dulu . Ada hal .Jumpa esok."
" Bye, Rome
."
Rome berlari keluar
dari bilik seni itu tanpa menoleh kanan kiri.
Meluru ke luar pagar sekolah mendapatkan kereta ibunya yang setia
menunggu dihadapan sekolah . Biasanya ibunya tak akan muncul kecuali pada
perjumpaan guru dan ibu bapa . Tapi sejak akhir-akhir ni, kerap pulak ibu dia
datang jemput .Kenapa eh? Mungkin dah dekat Rome nak abis sekolah kot..Eh, apa
yang kau melalut ni Ara? Berbalik pada apa yang kau terdengar tadi, Rome suka
kau? Mimpi kah?
Kangjun menepuk bahu
aku.
"
Hoi,menghendap apa?"
" Jun! Terkejut
laaa!"
" Kau curi
dengar eh?"
" Ma-mana
ada..a-aku baru lalu sini laa.."
" Dah, jom
balik . Rome dah balik tadi. Dia ada hal."
Nampak.
" Jom."
//
Rome melipat kembali
surat yang dihulurkan oleh ibunya
sebentar tadi . Air mukanya berubah tatkala memandang ibunya yang kini menunduk
mengumpul kekuatan untuk bersuara . Ayahnya diam seribu bahasa . Hanya bunyi
angin dari air-cond. Sejuknya kini sampai ke tulang hitam . Signal diberi .
Hand break dijatuhkan .
" Rome, we're
positively going to Australia after your Graduation Day end."
Sepatah ayat .
Sepatah ayat yang muktamad . Rome menghulurkan surat itu kembali kepada ibunya
. Pandangan teralih keluar tingkap kereta . Mata mula dipejam .
Tell me if it just a
dream . Please wake me up . Tolong ..
//
Selepas pelajar
terakhir menerima anugerahnya, Kangjun berlari mendapatkan Rome . Dia tahu apa
yang akan Kangjun tanya .
" So?"
" Jun, aku ..
Aku kena pergi Australia . Ayah aku ada urusan kerja."
" Mwo? Kenapa
tiba-tiba?"
Rome menjongketkan
bahu . Tangan diletakkan di kedua-dua bahu Kangjun. Perlahan nafas dihela
keluar .
" So, I guess,
this is the farewell. Aku nak pergi jumpa Ara . ."
Kangjun mengangguk.
" Kau akan
balik,kan?"
"Aku tak tahu
.."
//
Aku mundar-mandir di
bawah pokok besar di pekarangan pintu masuk . Mana Rome? Tadi kata nak jumpa
kat sini . Takkan dia lupa kot . Bahu terasa dicuit dari belakang . Segera
badan dipusing .
" Hai, sorry
lambat "
Apa aku nak buat ni?
" Hai, Rome
..Ada apa ni?
How should I respond?
"I have
something to tell you."
Oh, my God .
" I'm going to
Australia ."
" A-apa?
Seriously?"
Rome mengangguk .
Dan,selepas lambaiannya yang terakhir, aku tak pernah nampak dia .Dia pergi .
Tanpa menoleh . Dia tak pernah balik .
Tak . Aku tak sempat ucap apa-apa . Walau sekadar ' Selamat Tinggal '.
Losing him was blue like I'd
never known
Missing him was dark grey
all alone
Forgetting him was like
trying to know somebody you never met
But loving him was red
Loving him was red
Sekarang
Tangga ke bilik
didaki perlahan .Bingkai gambar-gambar yang tergantung di dinding sepanjang
tangga itu tiba-tiba menarik perhatian Kaeun . Gambar yang gembira . Gambar dia
. Gambar omma dan appa . Gambar haraboji dan halmoni. Gambar masa muda-muda .
Segak jugak haraboji ni . Patutlah appa handsome . Kaeun, kau melalut apa ?
Dengar bunyi deruan enjin Haraboji masuk
ke perkarangan rumah . Bunyi pintu terkuak . Tapak kaki . Suara halmoni . Suara
Harboji . Bau pastri yang masih panas . Manis .
Tapi,otak masih ligat mencerna cerita Halmoni tadi . Kenapa selama ni
Halmoni tak pernah cerita? Cerita cinta dia? Isn't love story supposedly have
to be a happy one? Isn't it?
Tombol pintu bilik
dipulas . Daun pintu ditolak. Badan direbahkan ke katil . Rilakkuma di kaki
diraih lalu dipeluk . Apa yang jadi lepas tu ?
//
Tok!Tok!
" Dah tidur
sayang ?"
" Belum
Halmoni.."
Wanita separuh abad
itu berjalan ke arah katil aku lalu melabuhkan punggungnya di sisi katil . Mata
tuanya masih bercahaya walau kedut mula menghuni di segenap penjuru wajah .
Senyumnya masih manis . Dan dia masih cantik .
" Kamu masih
fikir pasal cerita tadi ke?"
" Urm..
Halmoni, apa yang jadi lepas tu?"
Dia mengukir senyum
. Tangan dilambaikan ke arah aku yang duduk di meja belajar . Tempat diambil .
Kaki disilakan dihadapan Halmoni yang tersenyum memandang kaeun .
Touching him was like
realizing all you ever wanted was right there in front of you
Memorizing him was as easy
as knowing all the words to your old favourite song
Fighting with him was like
trying to solve a crossword and realizing there's no right answer
Regretting him was like
wishing you never found out that love could be that strong
Tahun-tahun sebelum itu
" Jun,aku tak
boleh keluar , kena tolong omma . "
" Nak aku
tolong ?"
" Eh, tak apa .
Mesti kau sibuk dengan bakeri . "
" Kalau ada
apa-apa bagitahu .."
" Okay, Jun
.."
KangJun. Masih setia
menemani aku .Kami dah hampir 27 tahun .Dah hampir 10 tahun Rome pergi . Dia
tak pernah balik . Dan kami tak pernah tahu khabar beritanya . Entah bagaimana dia . Mata tertancap pada
dinding dihadapan mata . Lukisan potret wajah yang dihasilkan oleh Rome lama
ditatap . Rindunya pada dia . Rome, ingat lagi kat aku ?
//
Bayu laut lembut
menyapa pipi . Bau laut yang dibawa angin . Nyaman . Bunyi hon dari kapal-kapal
nelayan yang baru pulang ke pelabuhan . Bising . Suasana yang normal . Waktu riadah sememangnya packed dengan orang
. Ada yang dengan family . Couples . Budak-budak . Ada apa dengan Opera House
,aku masih tak faham sampai sekarang . Hampir 10 tahun kat sini . Hampir .
Mungkin sebab dah
lama sangat kat sini, aku jadi terbiasa . Walau kat tempat asing yang tak
pernah aku rasa tempat yang sepatutnya aku berada, sebab langit yang tetap
sama, tetap biru . Jadi aku masih mampu bertahan sampai sekarang . Sebab langit
ada kat mana-mana . Sebab aku suka langit . Suka warna langit . Walaupun
warnanya sering berubah , langit tetap sama . Harapnya aku begitu . Harapnya
semua begitu . Aku tak nak nikmat yang satu ni , hilang . Aku masih nak tengok
lagi langit hari esok .
//
Daun pintu bilik
study appa ditolak perlahan . Dia yang sedang membaca laporan kertas kerja
meletakkan kaca mata di sisi . Pintu kembali ditutup . Punggung dilabuhkan di
kerusi di hadapannya .
Beanie di kepala
dibetulkan . Senget .Rambut yang berjuntai di tepi cuping telinga dimasukkan ke
dalam. Dia meraba-raba sesuatu di dalam laci meja . Satu sampul surat putih
dikeluarkan lalu dihulurkan kepada Rome . Perlahan surat itu dibuka . Anak mata
berlari baris demi baris . Tak semena,
tangannya mula mengeletar . Surat itu segera diletakkan kembali ke meja
dihadapan lelaki yang sudah separuh umur itu . Yang menanti Rome mengeluarkan
kata-kata .
Tangan kiri mula
memegang tangan kanan . Peluh dingin mula membasahi dahi . Anak mata sudah tak
tetap kedudukannya.
" Dah
finalize?"
Lelaki yang hampir
beruban penuh itu mengangguk perlahan . Antara mahu dengan tidak . Nafas dihela perlahan .
" Appa, I want
to return to Korea . "
Kepala diangguk
perlahan . Tangan kiri mengenggam pemegang di sisi kerusi . Punggung diangkat
dari kerusi . Rome menghilang dibalik pintu .
Losing him was blue like I'd
never known
Missing him was dark grey
all alone
Forgetting him was like
trying to know somebody you never met
But loving him was red
Oh, red
Burning red
Hari-hari selepas itu
"Your first
love is always alive and lives all the time in your heart . How much you try to
forget, it never goes away from your heart."
Pen diletakkan di
sisi buku nota hardcover hitam itu . Nak lupakan dia memang macam cuba nak
ingat orang yang tak pernah kau jumpa . Oh God, I missed him so much .
" Ara, ada
orang nak jumpa !"
" Orang penat
la, omma.."
//
Balai ketibaan di
lapangan terbang Sydney itu sesak dengan orang ramai . Bunyi tapak kaki jelas
kedengaran di sana sini . Bising. Bingit . Headphone yang bergantungan di leher
disarung ke kepala . Jari terus menekan butang Play . Entah lagu mana yang terpasang
. Berdentum di gegendang telinga . Kepala terus terangguk-angguk mengikut
rentak lagu .
" Rome..
Rome.."
Wanita separuh umur itu melabuhkan punggung di
sisi Rome yang masih memejam mata . Headphone ditarik . Rome menoleh .
" Omma..!"
" Panggil tak
dengar . "
" Waeyo, omma
?"
" Betul ni Rome
?"
" I'm deadly
serious , omma . I want to go home . "
" Tapi Rome ..
Appa got a lot of friends here, ready to help you.."
" Tak apa lah
omma. It's has been ten years already . I..Tremendously missed Korea . Rindu
orang Korea . Lagipun, Yoon Ji ada kan kat sana ?"
Wanita itu
mengangguk perlahan . Dari jauh, appa Rome melambai-lambaikan pasport ke arah
mereka .
" Let's go
home."
Troli ditolak .
Bagasi-bagasi besar penuh di dalam troli . Bye, Sydney . Mungkin aku takkan
kembali, jadi thanks for everything . Thanks for the memories . I'm going back
to Korea .
//
Bau roti yang baru
keluar dari oven memenuhi segenap penjuru bakeri . Manis . Bau Vanilla .
Daun pintu ditolak . Bergemercing bunyi loceng yang tergantung di sudut
atas pintu . Kangjun yang tadi asyik meneliti buku kira-kira mendongak
memandang pintu . Tak semena senyum terukir di bibir .
" Jun, nak
macam biasa .."
" 5 minit .
"
Kangjun segera
beralih ke bahagian dapur . Ara yang tadi berdiri di hadapan kaunter beralih ke
sudut tepi bakeri . Dia suka bau roti-roti yang baru keluar dari oven. Sweet
scent . Mungkin tu satu-satunya sebab untuk dia rela mengunjungi kedai kecil
itu . Rela bertemu dengan Kangjun . Pandangannya beralih ke arah pelanggan yang
mengunjungi bakeri itu . Tak ramai hari ni . Mungkin malas nak keluar kot . Ye
la, semalam salji turun lebat . Sepatutnya dia sekarang pun tak berada di sini
. Supposedly she's on the bed . Sleeping . Kau bukan sebab omma yang membebel
pagi tadi , tak ada maknanya dia nak keluar pegi beli roti kat kedai ni
.Aishh….
Kangjun keluar dari
dapur bakeri membawa sebungkus roti
panjang kesukaan omma Ara . He knews she likes his bread . Dia pun tahu omma
Ara tahu yang dia suka Ara . Ajumma tengah tolong dia ..
" Petang ni
free tak ?"
" Kenapa
?"
" Omma ajak
makan malam . Ajak ajumma sama."
" O-Okay .
"
Not-not kertas itu
bertukar tangan . Berkali Kangjun menolak tapi Ara tetap berkeras. Kalau orang
tengok dia selalu dapat roti free, nanti apa orang fikir .
" Jun, Rome dah
balik . "
Remembering him comes in
flashbacks and echoes
Tell myself it's time now,
gotta let go
But moving on from him is
impossible
When I still see it all in
my head
In burning red
Burning, it was red
Dia . Betul-betul berdiri di hadapan aku . Orang yang
aku harap untuk kembali kini berdiri di hadapan aku . Masih dengan senyuman
yang sama . Tak ada yang berubah . Senyum yang paling aku rindu . Okay tipu, Yu
Ba Rom makin handsome .
" Tak nak jemput aku masuk ?"
" Rome .. Masuk lah . "
Teddy bear berbentuk koala itu bertukar tangan .
Tetamu dibawa ke ruang tamu . Omma Ara menghilang ke dapur . Kenapa omma
tinggalkan aku pulak??
Awkward .
" Bila sampai ?"
" Semalam . Jet lag pun tak hilang lagi . Tapi
semangatnya aku nak jumpa kau.."
Ara menundukkan kepala . Semangat nak jumpa aku ?
Jangan Rome nampak aku tengah blushing dah aa .
" Jun apa khabar ? Masih dengan kau?"
" Jun okay . Apa maksud kau, masih dengan aku
?"
Dia senyum . Omma melaung dari dapur .
" Ara, datang sini kejap !"
" Ye omma . Datang !"
//
Kau cakap kau takkan
balik . Kau cakap suruh aku jaga Ara . Tapi kenapa kau ada depan aku sekarang ?
Kenapa Rome ? Lupakah kau pada kata-kata kau 10 tahun lepas ?
Kopi suam itu
dihirup perlahan . Pelanggan tak ramai . Jadi dia boleh tukar tepat dengan
trainee yang baru masuk kerja semalam . Seorang gadis yang baru tamat sekolah 2
minggu lepas . Asyik menulis rekod dalam buku laporan pekerja . Tak menoleh
kiri dan kanan . Banyak lagi yang dia kena belajar .
Anak mata dikalih
kepada orang yang berada dihadapannya yang asyik mengunyah donut yang bersalut
coklat ganache itu . Wajah yang sentiasa gembira . Sentiasa tersenyum . Kawan
baiknya sendiri . Kawan baik sejak dari tadika hingga sekolah rendah hinggalah ke
sekolah menengah . Dan kemudian hilang tanpa berita . Bertahun-tahun tanpa
cerita . Dan sekarang di sini . Di hadapannya . Mengunyah donut yang sentiasa
menjadi kegemarannya tiap kali bertandang ke bakeri ini . Donut yang sama .
Dengan peminat yang sama . Cuma dengan pembuat yang berbeza . Pembuat roti yang
lama dah lama tak ada . Dah 7 tahun .
" Donut ni
masih sama . Ajusshi apa khabar ? Tak nampak pun ."
" Dia tak ada
."
" Pergi
mana?"
" Syurga
."
Hilang segala
kata-kata . Senyap . Sunyi . Sepi . Yang tinggal Cuma bunyi kipas yang ligat
berpusing di siling, suara pelanggan yang berbual-bual .
" Sorry . Aku
tak tahu ."
" Mana kau masa
aku menangis macam orang gila 7 tahun lepas ? Kenapa sekarang baru kau nak
muncul ?! Balik lah Rome . Tempat kau bukan kat sini ."
Kangjun bangun dari
kerusi . Berdiri tanpa memandang Rome . Tangan dikepal bawah meja . Kepala
didongak memandang orang yang sedang berdiri di hadapan .
" Aku balik nak
tebus masa yang aku tak ada . Bagi aku peluang .. Tolong"
//
"Nombor yang
anda dial tidak dapat dihubungi . Sila tinggalkan pesanan anda setelah bunyi '
Beep '. Terima kasih ."
" Jun, ni Ara .
Call balik."
Ara menamatkan
panggilan. Mana si Kangjun ni ?? Tak pernah-pernah dia tak angkat call aku
. Ahh, lantak aa . Pandai lah dia call
balik. Ara menyambung kembali gubahan bunga yang terbengkalai sebentar tadi.
Ahh, Jun ni, spoil mood orang laa . Pasu bunga ditolak tepi . Ara berjalan
keluar dari kedai bunga ibunya .
//
" Serius la
wei.. Kang dia merajuk dengan aku . Dah 5 kali dia call aku ."
" Kau tak
percaya aku ke ? Selama ni kau asyik ada untuk dia . Cuba sekali kau jauhkan
diri dari dia . Perempuan ni macam merpati tau tak ? Makin kau kejar, makin dia
lari . "
Kangjun mengangkat
kening . Rome kembali mengunyah donut bersalut coklat ganache itu .
" Ni namanya ' How to grab Ara's heart in 2
weeks 's mission ."
" Kenapa 2 minggu ?"
" Sebab 2 minggu lagi aku tak ada kat sini . Ada
kerja luar sikit ."
//
Botol ubat di atas
meja tepi katil itu segera dicapai . Sakit di
bahagian kiri dada dah tak tertahan lagi . Ahh, macam mana boleh lewat
makan ni ? Sebaik biji-biji ubat itu melalui kerongkong, segera air dihala turun
. Peluh dingin yang menuruni dahi segera menyejat . Anak mata mulai stabil
kedudukannya . Kepala direbahkan ke bantal . Mata dipejam sejenak . Let the
heart rest for a while . Can you ?
//
" Oh, Ara, Rome
tertidur . Nak ajumma kejut ke ?"
" Tak apa lah
ajumma . Saja singgah sini . Ni bunga untuk ajumma . "
" Gumawo,
Ara-ya .."
" Aniya .. Ara
balik dulu ye ..Anyeong.."
" Anyeong Ara .
Hati-hati ."
Wanita separuh umur
itu melangkah menghala ke bilik Rome . Pintu bilik dikuak . Katil anak
bujangnya dihampiri. Perlahan kepala anak bujangnya diusap . Kelopak mata
dibuka .
" Kenapa tak
nak jumpa Ara?"
" I
can't."
Today, let me share one more
smile. Today, let me pray once more. Today, let me drink some more of my tears.
Today, let me live my life once again. Today, let me dream one more dream.
Today. Who knows, there may be no tomorrow.
"I'd told you
before, don't you ever accept those flowers from Ara!"
" Tapi Rome
sayang..How can I turn her down..She's too nice.."
" Sebab dia
baik sangat ,omma .."
Kaki terus melangkah
keluar . Laju menuju appa yang setia menunggu di kereta .
//
Memang. Memang semua
orang avoid aku . KangJun . Ba Rom .Ahhh, suka hati korang laa!
Kuntuman ros merah
itu dilempar kasar ke dalam bakul . Bunga-bunga ni pun satu ,belai macam baby .
Jaga . Abis, perasaan aku , siapa nak jaga? Ada kawan macam tak ada .
Apron yang disarung
di badan ditanggalkan. Kaki terus melangkah keluar dari kedai bunga . Omma yang
sibuk melayan pelanggan langsung tak dihiraukan . Tapi, ke mana aku nak pergi ?
Tuhan, dia yang aku tunggu selama ni. Kenapa macam ni pula jadinya ? Anak mata
terus memandang ke hadapan . Memandang
terus ke arah mentari yang sedang turun di kaki langit yang mulai jingga .
Tanpa disedari, titik-titik jernih mulai berlumba keluar dari kelopak mata .
Hangat .
Do you like him so much , enough for you to cry ?
Tapi dia tu siapa ? Air mata tu untuk siapa ? Kangjun yang dah beberapa hari
avoid kau or Rome yang tak nak jumpa kau bila kau singgah ke rumah dia?
//
" Rome, you're
getting.."
" Yoon Ji,
tolong la.. Seminggu lagi . I promise I
won't go anywhere after this . You can have me . I'm yours.."
Kepala dihempuk
perlahan dengan buku laporan hardcover yang masih di tangan Yoon Ji.
" Main-main
pulak..Report kat ajusshi karang.."
Rome mengukir senyum
kepada Yoon Ji . Yoon Ji yang sentiasa ada untuknya. tak kira masa . Tak kira
tempat . Tempat dia berkongsi rasa . Berkongsi cerita . Yoon Ji is a family afterall.
" Yoon.."
" Urm .."
" Thanks."
//
" It's as to be
today . Mesti ."
Bibir dioles dengan
penggilat bibir yang berwarna pink lembut . Jambangan bunga di atas meja
dicapai. Langkah mula diatur keluar.
" Ara, bawak
payung kalau nak keluar . Ramalan cuaca hari ni hujan belah petang!"
//
DING DONG! DING
DONG!
" Oh, Ara..
Cari Rome ke?"
" Aahh..dia ada
ajumma?"
" Dia keluar
sekejap. Kejap lagi balik la.. "
" Wei, aku rasa rancangan kita tak jalan laa..
Dia memang suka kau ..Dia nak confess kat kau hari ni"
" Dia .. Apa?!"
Daun pintu dikuak.
Rome . Rome dah balik . I need to tell him today . Mesti.
" Eh, Ara.
"
Rome menoleh ke
belakang . Ada orang lain dengannya . Gadis cantik yang mungkin sebaya dengan
mereka melangkah masuk terus ke dapur . Siapa dia ? Siapa dia yang terus masuk
dan panggil ajumma dengan panggilan ' Ommonim '? Kenapa ajumma mesra dengan dia
?
" Si-siapa tu ,
Rome ?"
" Oh,tu Yoon Ji
. My .. Fiance."
Bagai halilintar
perkataan ' fiance' itu menerobos masuk ke gegendang telinga . Aku tak tahu
kenapa lelaki di hadapan aku ni masih mampu tersenyum tatkala kaki aku dah tak
daya nak berdiri tegak . Pemegang kerusi dicapai .
" Ara, are you
okay? Om-"
" Okay . Aku
okay . Ke-kenapa kau.."
" Hah, bodoh
betul aku ni kan? I'm really, really forgot to tell you guys about her .
Kitorang dah lama kenal . Masa aku kat sana lagi ..Aku balik sini pun sebab dia
. "
" Rome, ak-aku
ba-balik dulu . Kirim salam kat ajumma.."
" Eh, tak nak
join kitorang dinner? Appa pun tak sampai lagi.."
" Ta-tak apa.
Aku singgah je ..nak bagi ni kat Ajumma . Maaf ganggu dinner korang .
An-anyeong"
Jambangan bunga ros
merah itu bertukar tangan . Kaki terus melangkah keluar . Tak menoleh lagi .
Langit mulai kelam . Titik-titik renyai mulai turun . Renyai bersama yang turun
di pipi. Bodoh. Kenapa tak bawak payung tadi, Ara? Basah . Habis basah baju .
Baju aku yang warna Rome suka . Rome, kau kejam ..
" Rome, kenapa
buat Ara macam tu? Kamu suka dia , kan?"
" I don't love
her, omma!"
" I'd said
nothing about love, Rome.."
Rome terduduk di
ruang tamu . Matanya terus tertancap pada jambangan bunga yang baru diberi oleh
Ara tadi .
" Omma, for the
first time, this heart loved someone. Hari sepatutnya Rome confessed pada dia
adalah hari yang sama kita berangkat ke Australia! Dan ,I thought that feeling
would die with time but when I met her again, it keep growing. Bigger and bigger.
This damn heart."
Omma datang memeluk
Rome yang dah menekap muka yang kemerahan dengan tangan .
" And, hari ni,
dia nak confess pada orang yang dah tak ada masa lagi kat dunia ni. Omma,If I'm
not getting discharge within a week. That hospital will be my last house
."
Yoon Ji yang tadi
berdiri di sisi turut melutut di hadapan Rome .
" You're not
going to die, Ba Rom. I'll find suitable heart for you .. Then you
can..you..Ara.."
" Yoon
Ji-ah..That's not the thing I want to listen . I'd wait too long . This weak
heart . I can't give to her.."
Oh, losing him was blue like
I'd never known
Missing him was dark grey
all alone
Forgetting him was like
trying to know somebody you never met
'Cause loving him was red
Yeah, yeah, red
We're burning red
Pintu rumah Kangjun
ditepuk berulang kali . Tapak tangan mulai merah dek dihentam pada pintu kayu
itu. Dalam banyak-banyak tempat, kenapa perlu ended up kat sini? Kenapa kaki
aku ke sini ? Kenapa mesti rumah Jun ? Kenapa ? Jun, buka lah pintu sekarang . Jun
. Jun . Dan aku terduduk di hadapan pintu rumahnya . Kaki dibawa rapat ke badan
. Sejuk . Hujan masih tak berhenti .
Why it's hurt so much?
Dan aku dah tak
ingat apa-apa selepas tu . Yang nampak selepas itu Cuma bayang dia yang papah
aku masuk ke dalam . Ajumma yang tukar pakaian aku yang basah . Selimutkan aku
. Tidurkan aku yang meracau .
Tell me if it just a dream .. Please, wake me up.
Dan, aku tersedar di
tempat lain . Tempat yang tak pernah aku sampai . Tempat yang amat indah . Yang
tak pernah aku lawati . Sebuah taman bunga . Bunga-bunga persis yang ada di
kedai omma . Bunga yang mati tapi kembali berdiri megah di sekeliling aku . Aku dah mati ke ? Kat mana ni ? Kenapa aku
di sini ?
" Yoo Ara
.."
Aku kenal suara tu .
Suara yang aku rindu . Suara yang aku tunggu . Suara yang meremukkan hati aku
sebentar tadi . Suara Yu Ba Rom.
" Live with him
. He loves you so much . He waited too
long. Jangan biarkan dia tunggu lagi."
Aku nak tanya siapa
yang dia maksudkan tapi dia dah hilang . Macam angin . Taman yang indah tadi
juga hilang . Bersama dia . Yang tinggal sekarang Cuma tempat yang kelam .
Gelap . Sejuk . Sunyi . Aku takut . Selamatkan aku .. Tolong ..
" Ara! Ara! Yoo
Ara!"
Bahu digoncang
beberapa kali. Aku cam suara ni . Suara yang tak pernah tinggalkan aku senang
walau sehari . Suara yang sentiasa ada untuk aku . Suara yang amat mengambil
berat pasal aku . Suara yang sentiasa bertanya khabar tentang aku . Suara
Kangjun . Tak semena, titik-titik jernih itu mula mengalir membasahi pipi .
Kelopak mata dibuka perlahan mencari sumber cahaya . Sinar cahaya
berlumba-lumba masuk menerkam
retina . Aku nampak dia . Kangjun
. Dengan wajah yang risau . Wajah yang cemas .
" Ara, okay tak
ni ? Kau meracau-racau tadi . Ak-aku.."
Aku tak tahu apa
yang jadi dengan aku . Tindakan refleks dengan memeluknya membuatkan Kangjun
tergamam seketika . Tapi, aku tak pernah rasa perasaan ni . Rasa selamat . Rasa
dilindungi .
Mug kopi itu dihulur
. Antara kami berdua, tak ada seorang pun yang nak memulakan bicara .
Masing-masing diam seribu bahasa . Masing-masing menunggu .
" Apa yang jadi
,Ara ?"
Aku tak tahu nak
cakap apa. Birai mug itu diteliti kosong . Kopi dihirup hampir separuh .
" Tak apa lah
kalau kau tak nak cakap . Aku tunggu nanti.."
" Rome ..dia
dah ..ad-ada tunang "
" Ap-apa?!?
Pandangan kembali
ditunduk ke lantai kayu itu . Kosong . Sekosong hati dan fikiran aku . Aku
tunggu dia hampir setiap hari . Tunggu dia balik . Sedar-sedar dah hampir 10
tahun . Dan dia balik . Aku ingat
hatinya masih pada aku. Rome,aku tunggu kau . Hari-hari aku harap kau datang
ketuk pintu rumah aku . Macam kau selalu buat masa kita sekolah dulu . Tapi
Rome, cepatnya hati kau berubah . Sampai hati kau buat aku macam ni. Senangnya
kau keluarkan perkataan tu . Senangnya kau hancurkan harapan aku . Senangnya
kau musnahkan segalanya . Sampai hati kau, Yu Ba Rom .
Bahu diraih . Air
mata yang mula berjuraian kembali diseka .
" Ara, jangan
nangis . Aku ada . Aku akan sentiasa ada untuk kau ."
//
BAM!BAM!BAM!
Pintu rumah Rome
diketuk bagai nak roboh . Rome yang dari tadi membantu ibunya mengemas
baju-baju untuk dimasukkan ke dalam beg tergamam dengan ketukan yang kuat itu .
Dia membetulkan beanie di kepala sambil melangkah ke pintu . Sebaik pintu
dibuka, satu tumbukan hinggap di perut membuatnya terundur ke belakang . Ibunya
melaung dari bilik .
" Siapa tu ,
Rome ?"
" K-KangJun ,
omma ."
Rome melangkah
keluar dari rumah . Dia tahu sebab lelaki yang sedang mengenggam penumbuk
dihadapan menumbuknya sebentar tadi . Sebab semalam .
" Kerja gila
apa yang kau buat ni ,Rome ?! "
" I PAVED YOU
THE ROAD !"
" What kind of
a road that you paved sampai Ara balik demam-demam ? "
" Kau suka dia
tapi dalam masa 10 tahun ni, ada kau buat langkah yang agresif nak ambil hati
dia ? Tak ada . Kau tunggu dan tunggu . Tapi sampai bila kau nak tunggu ? Aku
pergi sebab nak bagi kau peluang dengan dia . Aku balik dengan harapan nak tengok
korang bersama . Tapi keadaan korang sama macam yang aku tinggal dulu . Kau
asyik macam ni, sampai bila-bila pun Ara takkan jadi milik kau, bangang!"
" Kalau kau
duduk kat tempat aku, apa yang kau nak buat bila yang dia tunggu hari-hari tu
kau? Yang dia rindu tu kau ? Yang dia selalu sebut tu, kau ? Dan bukan
aku!"
" I wished I'm
at your place ! I wish!"
" Ap-apa maksud
kau?"
" Tak ada
apa-apa lah . Mulai sekarang, kau ambil hati dia . Buat dia suka kau . Lupakan
aku . I'm just her past puppy love . That puppy love tak kekal . Hati boleh
berubah bila masa berlalu . Dia Cuma masih terperangkap dalam masa lalu dia .
Sekarang yang tinggal Cuma kau ."
" Habis
kau?"
" Aku dah ada
tunang la..Ara is my past . Aku tak pernah confessed pun kat dia, Jun . Hari
yang aku nak confessed tu dah lama berlalu . 10 tahun lepas . Sekarang ni yang
ada Cuma kau dan dia . Masa tak tunggu kita, Jun ."
Sekarang
Kaeun seakan masih
tidak mampu memproses cerita yang baru didengarinya . Wanita tua dihadapannya
direnung . Wajah yang sentiasa tenang . Yang sentiasa lembut dalam bicara .
Yang sentiasa memiliki senyuman yang cukup manis untuk semua orang .
Tertanya-tanya juga dia, sanggupkah orang menyakiti hati wanita ini?
" Did you
forgive him, halmoni?"
Dia kembali mengukir
senyum .
Tahun-tahun sebelum itu..
Setiap hari, KangJun
akan ke rumahnya untu menghantar pastri . Setiap hari juga dia akan menunggu .
Entah mengapa baru sekarang dia cuba membuka hati kepada KangJun . Dia tak tahu
sama ada dia simpati pada KangJun atau dia sudah mula menyukai KangJun . Dia
juga tak mahu perasaan itu menipu KangJun mahupun dirinya . Dia masih keliru .
Masih ragu-ragu . Sebab baginya semua ini berlaku terlalu cepat . Terlalu
pantas dalam masa yang singkat .
Tapi dia tetap akan
tunggu pastri-pastri Kangjun yang akan datang pada setiap petang . Tetap akan
menunggu walau hari hujan . Walau dia kesejukkan di ruang tamu tatkala rumahnya
kehabisan kayu untuk dibakar di dalam pendiang api . Sebab dia tahu, KangJun
akan datang .
Hari-hari seterusnya
" Propose her,
bodoh . Sampai bila kau nak tunggu? Sampai aku mati?"
" Aku tak
.."
" I want you to
do it tomorrow. Muktamad ."
Hari-hari sebelum itu
Pintu rumah diketuk
. Kangjun . Kangjun datang . Pintu dikuak . Senyuman yang terukir di bibir
terhapus dengan sekelip mata . Bukan Kangjun yang sedang berdiri . Tapi lelaki
dengan beruang koala lagi . Wajahnya pucat . Dah bertambah cengkung . Eyebags
jelas kelihatan. Dia dah tak seperti selalu . Tapi senyumnya masih sama .
"Apa kau nak
?"
" Ara, maafkan
lah aku . Aku bukan sengaja tak nak bagitau kau .. Please, Yoo Ara.."
" Ye la, ye la
."
" Kita still
kawan, kan ?"
Kepala diangguk
perlahan . Dia tak tahu macam mana nak marah dengan Rome .
Hari-hari kemudian
Kereta itu meluncur masuk ke perkarangan car
park . Enjin dimatikan . KangJun keluar untuk membuka pintu untuk Ara. Kali
pertama mereka keluar . Kali pertama Ara setuju untuk keluar bersama .
Sepanjang perjalanan ke taman rekreasi itu, mereka hanya menyepikan diri .
Sesekali bibir menyanyikan lagu-lagu yang berkumandang di radio. Memang anak
mata difokuskan pada jalan raya , tapi Ara tak tahu apa yang ada dalam fikiran
KangJun waktu itu .
Kaki dibawa
melangkah ke sebuah bangku di taman itu . Waktu petang . Ramai orang sudah
semestinya . Punggung dilabuhkan di kerusi kayu itu .
" Kenapa kau
bawak aku ke sini?"
KangJun masih diam .
" Jun ?"
" Yoo
Ara.."
" Ya?"
" Aku tak tahu
bila semua ni bermula . Aku pun tak tahu bila ia akan berakhir . Bagi aku, aku
tak mahu ia berakhir . Perasaan aku pada kau . "
" Apa maksud
kau? Aku tak faham."
" Marry
me,please, Yoo Ara ?"
Serentak dengan ayat
terakhir Kangjun, oksigen seakan sudah berhenti dari memasuki paru-paru . Wajah
Kangjun ditatap seketika . Kemudian dikalih ke tasik buatan di hadapan.
Kemudian ditunduk ke lantai tanah di kaki.
" Boleh bagi
aku masa?"
" 3 hari?"
Kepala diangguk
perlahan .
Hari pertama
Kelopak mata dibuka
perlahan . Sinar mentari berlumba-lumba mahu menerjah lantai bilik di sebalik
langsir. Pukul 8 pagi . Selimut ditarik kembali. Menutupi seluruh badan . Aku
tak nak jumpa sesiapa.
Hari kedua
Bergemercing bunyi
loceng yang tergantung di hadapan pintu kedai bunga . Ara mengintai di sebalik
bunga yang hampir menenggelami kedai . Harapnya bukan Kangjun. Bukan Kangjun .
Bukan Kangjun . Rome. Rome segera diajak ke bahagian belakang kedai . Tempat dia
menggubah bunga untuk dipamerkan di hadapan kedai.
" Kenapa kau
call aku tadi? macam urgent je.."
" Kangjun . He
proposed me ."
" Great!"
Kening dinaikkan
sebelah . Aku tak faham bila orang kat depan aku ni dah tersenyum lebar sampai
ke telinga .
" Accept je lah
. Kau bukan sehari kenal dia . Dia dah lama suka kau lah ."
" Tapi,
Rome.."
" Ara, ingat
lukisan potret yang aku bagi pada kau? "
Kepala diangguk
perlahan . Masih cuba memproses patah-patah perkataan yang terbit dari bibir
Rome .
" Sebenarnya
dia yang lukis . Dan aku janji padanya,
yang aku takkan bagitau kau . Sebab dia takut kau jauhkan diri dari dia ."
" Apa kau
merepek ni?"
" Maaf Ara.
"
Aku dah tak tahu nak
kata apa . Bertahun aku percaya lukisan tu dari Rome . Bertahun .
" Kangjun is a
great man . He can be the best husband for you. Best father for your future
children . Dan dia akan sayang kau sepanjang hidup dia . Percaya pada
aku.."
Hari-hari seterusnya
" Rome, aku nak
kau jadi bestman aku . Ara said yes . Ajumma nak langsungkan cepat-cepat .
Jadi, we're going to get married in this two weeks. Gila, kan? Apa pun , Rome ,
Thanks . Aku takkan lupa jasa kau sepanjang hayat aku ."
Gagang telefon
diletak . Tangan meraba pemegang sisi kerusi . Terduduk .
" Kenapa, Rome
?"
" They're
getting married."
Omma datang memeluk
Rome yang dah mula memerah kelopak mata . Malam itu dia menangis dan tak
sedarkan diri . Jantungnya penat berkerja .
Sekarang
" Jadi halmoni
tahu tentang penyakit Rome?"
Wanita itu
menggelengkan kepala .
Hari itu
Gaun putih yang
tersarung di badan diteliti sekali lagi . Omma dah keluar . Semua orang dah
keluar dari bilik . Apa aku nak buat sekarang ? Betul aku nak kahwin ni? Hari
ni?
Ara menepuk pipi .
Jangan fikir bukan-bukan . Braid rambut dibetulkan sekali lagi . Dari tadi
tangan asyik menggeletar . Entah kenapa . Aku tak rasa gementar sebab majlis
hari ni . Sebab lain . Tapi aku tak pasti sebab apa .
Pintu bilik diketuk
perlahan .
" Masuk.."
Rome menjengahkan
kepala . Dia masuk tapi dia tak berseorangan .
"Ara, ni Yoon
Ji . Dia nak tengok bakal pengantin yang cantik ni ."
" Apa kau
merepek ni, Rome ?"
Rome puji aku cantik
. Badan ditunduk sedikit kepada dia yang berdiri di sebelah Rome . Dia cantik
pada mata aku . Manis . Macam puteri .
" Yoon Ji
."
" Ara."
" Hari tu tak
sempat nak kenal dengan awak . Rome banyak cerita pasal awak ."
" Oh ye ke ?
Maaf lah hari tu ada hal sikit ."
Bodoh kau , Ara .
Langsung tak boleh cover perasaan . Kan dia dah perasan . Buat malu je .
Dan mereka pamit
untuk menyertai yang lain . Tinggalkan aku keseorangan lagi . Jari - jemari dah
mulai menyejuk . Dada terasa sebak . Dia
dah bahagia , Ara . Lupakan dia . Matikan
perasaan kau pada Yu Ba Rom .
//
Yoon Ji membetulkan
bow tie Rome .
" Dah handsome
dah .."
" Ah, thanks
.."
" Ehem .."
Kangjun berjalan
menghampiri mereka . Segak dalam tuxedo .
" Tak nak
introduce kan aku dengan cik yang cantik ni ke?"
" Ahh, ni Yoon
Ji . Dan Yoon Ji, ni Kangjun ."
Yoon Ji sekadar
tersenyum kepada Kangjun . Dan dia pamit untuk pergi menyertai omma Rome . Agak
janggal untuk terus berlakon . Sebab dia
tak pandai berlakon . Dia tak ambil jurusan seni lakonan masa di universiti dulu . Dia ambil
medic . Bahagian cardiac . Tapi sekarang dia adalah doktor jantung Rome
merangkap tunangan palsu Rome . Atas sebab tu dia diheret sama ke majlis ni .
Bergaul dengan sahabat Rome . Kenal dengan dia yang Rome sanggup korbankan
segalanya . Tapi sebab seorang Yu Ba Rom , dia turutkan juga . Baginya, sesiapa
yang bermakna dalam hidup Rome bermakna juga baginya . Sebab Rome adalah
sepupunya . Sahabatnya yang paling rapat . Sahabat yang kini sedang
meninggalkan dia .
//
Nafas ditarik
dalam-dalam kemudian dihela keluar perlahan . Sikit lagi , Rome . Please,not
now. Bibir ditarik segaris senyum pada Kangjun di sebelah. Dan hari ni aku akan
lepaskan dia pada Kangjun . Moga Kangjun dapat jaga dia hingga akhir hayat .
Sayang dia sampai bila-bila . Cintakan dia tanpa pernah rasa jemu .
Jun, boleh kau
janji takkan tinggalkan dia? Untuk hayat ni ?
//
Kaki melangkah
seiring dengan appa . Gementar . Peluh dingin membasahi dahi . Hari ni . Aku
toleh ke sebelah kiri . Ada ajumma . Yoon Ji . Kat depan ada omma Kangjun .
Ara, this it is .
//
Cincin bertukar .
Anak mata saling bertaut . Gema tepukan dari tetamu yang hadir memenuhi seluruh
dewan .Aku dah sah menjadi isteri KangJun. Kangjun yang setia menunggu aku
selama 10 tahun lebih ini . Siapa tahu,akhirnya aku dengan dia . Siapa sangka
aku akan terima dia jadi peneman aku sepanjang hidup yang akan mendatang. Siapa
aku nak tolak takdir hari ni yang aku akan melahir keturunan aku dan dia
kelak.
Dengan lembut dia raih tangan aku . Badan
dipusing menghadap tetamu yang hadir dan tunduk hormat . Berterima kasih sebab
segalanya dah selesai . Aku pandang Rome yang tak habis senyum dia . Entah
kenapa , aku rasa aku rindu sangat nak tengok dia senyum . Rasa macam dah tak
dapat tengok lepas ni . Dia pandang aku . Dia angguk . Dan tanpa aku sedar,
titik-titik jernih mula membasahi pipi .
Rome, what if this story was twisted? Atau permintaan
aku ni terlalu keterlaluan?
//
Badan disandarkan
pada dinding hallway . Kaki dah tak dapat menampung berat badan yang dari tadi
berdiri tanpa rehat . Lepas congratulatory speech, Rome terus berlari keluar
dari ballroom . Peluh memercik di dahi . Baju mulai basah . Dengan kelopak mata yang hampir tertutup, dia
nampak Yoon Ji berlari ke arahnya . Dia tahu Yoon Ji menjerit memanggil namanya
namun gegendang telinga dah tak dapat nak proses perkataan untuk dihantar ke
otak . Dah sarat . Dah tak larat . Penat
. Terlalu penat . Tapak tangan dibawa ke dada bahagian kiri. Cuba mencari
degupan jantung yang semakin menghilang . Dan pandangan mulai kelam .
//
" Ommonim, dia
akan sedar . Jangan risau ."
Aku dengar suara
Yoon Ji .
" What
if.."
Omma
" Hye Jung, dia
akan sedar. Buka mata dan tengok awak yang tengah berdiri sebelah dia ni . I'll
never let him go without seeing us first ."
Appa
Aku masih hidup ?
Tapi kenapa semuanya gelap ? Kenapa aku tak dapat rasa satu pun anggota badan
aku ? Kenapa semuanya berat ? Nak bernafas pun susah . Nak buka mata pun dah
tak larat . Aku dengar ECG . Maknanya aku masih hidup?
//
Tuala basah diperah
kembali ke besen kecil di sisi katil . Lengan Rome dilap lembut .
" Sayang, kalau
dengar suara omma, tolong buka mata sekarang ..Ada orang nak jumpa .."
Perlahan-lahan
kelopak mata mula membenarkan cahaya kembali menerjah ke dalam retina . Terang
. Cerah . Tapi kabur .
" Rome.."
Suara KangJun .Tapi
dia tak boleh nampak aku macam ni . Tak boleh .
" Bodoh, kenapa
tak bagitau aku yang kau sakit?"
KangJun melabuhkan
punggung di sisi katil . Segaris senyuman tercarik di bibir Rome .
" Sorang
?"
" Ara ada kat
luar. Dengan your-so-called-fiancee. Sampai hati kau tipu kami .."
" Aku minta
maaf. Yoon Ji bukan tunang aku . Dia sepupu aku ."
" Bukan pasal
tu la, bodoh ."
Wajah KangJun
dipandang kosong. Anak mata dilarikan ke siling kosong.
" Kau buat
semua ni untuk aku , kan? Kenapa?"
" Aku nak tengok kau bahagia."
" Walau aku
kahwin dengan orang yang kau cinta?"
" Stop that
nonsense. "
" Yeah, it's
true. Kalau tak kenapa kau tipu Ara yang pasal lukisan tu?"
"Sebab aku tahu
kau suka dia. Sebab aku tak dapat nak bahagiakan dia . Sebab aku akan mati .
So, what’s the point of having me confessing to her while I'm dying?"
KangJun terdiam .
Daun pintu dikuak . Ara menjengah masuk. Kangjun berundur memberi ruang pada
Ara.
" Ba Rom..how
are you?"
" I'm
fine.."
Dia cuba mengukir
senyum . Ara yang dah berkaca-kaca matanya itu cuba menggagahkan diri untuk
senyum pada Rome yang makin pucat .
" Isteri kau
cantik , Jun . "
Kangjun senyum dari
belakang . Kawan, what if this story was twisted?
" Rome.."
" Kau dah
chubby sejak kahwin ni..Asyik makan pastri je keje kau sekarang ni..?"
" Mana
ada!"
"Ara, aku ada
terbaca satu quote 'The magic of first love is as painful when its over, but do
you know the sweetest part of it? It is when you learn to cry, to let go , to
be strong and to be wise . And when you love again, you will know how to keep
it . this time longer..' ."
" Kau banyak
cakap eh, Rome?"
Rome tersenyum lagi
. Mungkin kali ni lebih lama .Mungkin kali ni yang paling istimewa . Sebab Yoo
Ara dah dewasa . Yoo Ara yang childish itu dah matang . Dan dia ada Kangjun .
Kangjun yang sentiasa akan menemani dia . Sepanjang hayat Dewasa bersama . Meniti hari-hari tua bersama
.
" Listen...
live... be happy... smile... Who knows? Tomorrow may not be…"
Tangan Kangjun dan
Ara digengam erat . Hangat . Tanpa dia sedar, titik-titik jernih itu mula
menuruni membasahi pipi . Bibir yang kering merekah itu mula tertutup rapat.
Mungkin tugasnya di sini dah tamat . Biarkan dia rehat . Sekejap saja . Mungkin
akan ada lagi orang yang patut dia satukan di masa hadapan . Biarkan mereka
bina cerita cinta mereka sendiri . Dia dah tak perlu campur tangan. Dan dia
pasti, mereka akan bahagia . Dengan anak-anak yang comel yang akan dilahirkan .
Walaupun dia tak sempat untuk bertemu dengan mereka . Menjadi pak cik mereka .
Belikan hadiah pada setiap sambutan hari lahir mereka . Menghadiri hari sukan
mereka . Berkumpul masa hari Chuseok . Main bola bersama . Skating . Dan walau
sekadar untuk duduk bercerita pasal sekolah pada hujung minggu, dia tak sempat
untuk merasai itu .
Tapi tak apa . Sebab
dia dah cukup bahagia untuk tinggalkan mereka begini . Dan kalau diberi peluang
sekali lagi pun, tak mungkin dia mahu jalan cerita yang berlainan . Kerana dia
tahu, Kangjun suka Ara sebelum dia tahu apa itu cinta . Dan andai dia dilahirkan
semula di masa hadapan, biarkan dia berkesempatan untuk belajar bahagia .
Belajar untuk terus hidup demi orang yang dia sayang . Belajar bercinta dengan
orang yang dia suka . Tak sakit . Terlantar di katil hospital macam sekarang.
Tell me if it just a dream..Please wake me up now ..
Sekarang
Mafla tebal di leher
yang tersarung dibetulkan sekali lagi . Topi disarung untuk menutupi kepala
yang sedang memutih dengan uban .
" Yeobo,
cepat..dah lambat ni . Nanti jammed."
Terkocoh-kocoh
wanita separuh abad itu menuruni tangga . Tangan diraih dan mereka beriringan
keluar menuju ke kereta tua yang setia menemani mereka ke mana sahaja sejak
hari pertama mereka berkahwin . 40 tahun lalu. Hadiah pemberian dari keluarga
Yu .
" Haraboji! Nak
ke mana?"
Kaeun berlari menuju
ke garaj kereta .
" Hei, Lee
Kaeun, nanti jatuh!"
" Nak
ikut.."
" Cepat masuk
."
Rome, hari ni kami
bawa cucu kami melawat kau . Pada ulang tahun ke-40 kami . Rome,terima kasih
untuk segalanya . Tak mungkin aku dapat balas jasa kau di hayat ni. Mungkin
pada hayat lain.
No comments:
Post a Comment