Sunday, 1 February 2015

Tomorrow ( One Shot)

The magic of first love is as painful when its over, but do you know the sweetest part of it? It is when you learn to cry, to let go , to be strong and to be wise . And when you love again, you will know how to keep it  . this time longer..

#~#


Sekarang




"Okay, class dismissed."



Buku nota ditutup. Pen dan segala perkakas dimasukkan ke dalam pencil case. Skrin telefon kembali ditatap .Masih kosong.



" jom lepak kat kafe?"

" Sorry la. Aku kena balik rumah."

" Eh, bukan parents kau tak de minggu ni?"

" Aku duduk dengan nenek aku. Okay, pergi dulu. "

" Okay.Anyeong."





Laju perkataan ' Memories ' ditulis di whiteboard 10 minit sebelum kelas tamat .Miss Kahi membetulkan kaca matanya yang hampir terjatuh.

" Please compose your very own song as the assignment for this weekend . The theme is about the ' Memories '. "





Sling bag diletak di atas kerusi di sebelah . Buku nota hardcover hitam itu dikeluarkan dari beg . Muka surat terakhir dicari . Sekali lagi Kaeun lepaskan keluhan kecil . Pandangan menala ke arah wanita yang sudah separuh umur dihadapannya .


" Urm, halmoni, how precious a memory is?"


Tangan berhenti membalikkan penkek. Pandangan difokuskan kepada Kaeun. Dan dikalih kembali ke kuali yang panas .


" Kenapa?"

" Assignment orang.."


Senyuman terukir tatkala halmoni menyambung kembali gorengannya yang terhenti sebentar tadi.


Tombol pintu dipulas. Pintu hadapan terkuak .Haraboji . Lelaki yang separuh abad itu mengukir senyum kepada halmoni. Senyum dibalas senyum .Rambut putih ditutupi oleh topi . Masih kemas dengan jaket khakinya.



" Awak tu nak ke mana lagi ?"


Kot khakinya sudah ditukar ganti dengan kot yang lebih tebal .


" Banyak lagi pastri yang tak habis jual. Saya balik lambat kut malam ni. Dalam pukul 8 ."

" Okay. Hati-hati . Salji lebat ."



Haraboji berlalu dengan keretanya .


" Halmoni.."




Loving him is like driving a new Maserati down a dead-end street
Faster than the wind, passionate as sin, ending so suddenly
Loving him is like trying to change your mind once you're already flying through the free fall
Like the colors in autumn, so bright just before they lose it all




Tahun-tahun sebelum itu


" Kangjun , aku rasa aku suka Ara la.."


Pensel yang ligat berpusing di jari Kangjun terlepas ke lantai .


" Kau okay tak , Jun ?"


Perit . Air liur terasa perit menuruni kerongkong . Kangjun menundukkan badan ke lantai mengutip pensel .


" O-Okay ."

Tak, aku tak okay .

" Aku ingat nak confess kat dia nanti Graduation Day nanti . "

" Minggu depan maksud kau?"

" Aah. Eh, Jun , aku pergi dulu . Ada hal .Jumpa esok."

" Bye, Rome ."


Rome berlari keluar dari bilik seni itu tanpa menoleh kanan kiri.  Meluru ke luar pagar sekolah mendapatkan kereta ibunya yang setia menunggu dihadapan sekolah . Biasanya ibunya tak akan muncul kecuali pada perjumpaan guru dan ibu bapa . Tapi sejak akhir-akhir ni, kerap pulak ibu dia datang jemput .Kenapa eh? Mungkin dah dekat Rome nak abis sekolah kot..Eh, apa yang kau melalut ni Ara? Berbalik pada apa yang kau terdengar tadi, Rome suka kau? Mimpi kah?


Kangjun menepuk bahu aku.


" Hoi,menghendap apa?"

" Jun! Terkejut laaa!"

" Kau curi dengar eh?"

" Ma-mana ada..a-aku baru lalu sini laa.."

" Dah, jom balik . Rome dah balik tadi. Dia ada hal."

Nampak.

" Jom."



//

Rome melipat kembali surat  yang dihulurkan oleh ibunya sebentar tadi . Air mukanya berubah tatkala memandang ibunya yang kini menunduk mengumpul kekuatan untuk bersuara . Ayahnya diam seribu bahasa . Hanya bunyi angin dari air-cond. Sejuknya kini sampai ke tulang hitam . Signal diberi . Hand break dijatuhkan .

" Rome, we're positively going to Australia after your Graduation Day end."


Sepatah ayat . Sepatah ayat yang muktamad . Rome menghulurkan surat itu kembali kepada ibunya . Pandangan teralih keluar tingkap kereta . Mata mula dipejam .



Tell me if it just a dream . Please wake me up . Tolong ..

//



Selepas pelajar terakhir menerima anugerahnya, Kangjun berlari mendapatkan Rome . Dia tahu apa yang akan Kangjun tanya .


" So?"

" Jun, aku .. Aku kena pergi Australia . Ayah aku ada urusan kerja."

" Mwo? Kenapa tiba-tiba?"


Rome menjongketkan bahu . Tangan diletakkan di kedua-dua bahu Kangjun. Perlahan nafas dihela keluar .

" So, I guess, this is the farewell. Aku nak pergi jumpa Ara . ."


Kangjun mengangguk.


" Kau akan balik,kan?"

"Aku tak tahu .."



//


Aku mundar-mandir di bawah pokok besar di pekarangan pintu masuk . Mana Rome? Tadi kata nak jumpa kat sini . Takkan dia lupa kot . Bahu terasa dicuit dari belakang . Segera badan dipusing .



" Hai, sorry lambat "

Apa aku nak buat ni?

" Hai, Rome ..Ada apa ni?

How should I respond?

"I have something to tell you."

Oh, my God .

" I'm going to Australia ."

" A-apa? Seriously?"



Rome mengangguk . Dan,selepas lambaiannya yang terakhir, aku tak pernah nampak dia .Dia pergi . Tanpa menoleh .  Dia tak pernah balik . Tak . Aku tak sempat ucap apa-apa . Walau sekadar ' Selamat Tinggal '. 



Losing him was blue like I'd never known
Missing him was dark grey all alone
Forgetting him was like trying to know somebody you never met
But loving him was red
Loving him was red


Sekarang


Tangga ke bilik didaki perlahan .Bingkai gambar-gambar yang tergantung di dinding sepanjang tangga itu tiba-tiba menarik perhatian Kaeun . Gambar yang gembira . Gambar dia . Gambar omma dan appa . Gambar haraboji dan halmoni. Gambar masa muda-muda . Segak jugak haraboji ni . Patutlah appa handsome . Kaeun, kau melalut apa ? Dengar bunyi deruan enjin Haraboji  masuk ke perkarangan rumah . Bunyi pintu terkuak . Tapak kaki . Suara halmoni . Suara Harboji . Bau pastri yang masih panas . Manis .  Tapi,otak masih ligat mencerna cerita Halmoni tadi . Kenapa selama ni Halmoni tak pernah cerita? Cerita cinta dia? Isn't love story supposedly have to be a happy one? Isn't it?


Tombol pintu bilik dipulas . Daun pintu ditolak. Badan direbahkan ke katil . Rilakkuma di kaki diraih lalu dipeluk . Apa yang jadi lepas tu ?


//


Tok!Tok!


" Dah tidur sayang ?"

" Belum Halmoni.."


Wanita separuh abad itu berjalan ke arah katil aku lalu melabuhkan punggungnya di sisi katil . Mata tuanya masih bercahaya walau kedut mula menghuni di segenap penjuru wajah . Senyumnya masih manis . Dan dia masih cantik .


" Kamu masih fikir pasal cerita tadi ke?"

" Urm.. Halmoni, apa yang jadi lepas tu?"



Dia mengukir senyum . Tangan dilambaikan ke arah aku yang duduk di meja belajar . Tempat diambil . Kaki disilakan dihadapan Halmoni yang tersenyum memandang kaeun .




Touching him was like realizing all you ever wanted was right there in front of you
Memorizing him was as easy as knowing all the words to your old favourite song
Fighting with him was like trying to solve a crossword and realizing there's no right answer
Regretting him was like wishing you never found out that love could be that strong



Tahun-tahun sebelum itu



" Jun,aku tak boleh keluar , kena tolong omma . "

" Nak aku tolong ?"

" Eh, tak apa . Mesti kau sibuk dengan bakeri  . "

" Kalau ada apa-apa bagitahu  .."

" Okay, Jun .."



KangJun. Masih setia menemani aku .Kami dah hampir 27 tahun .Dah hampir 10 tahun Rome pergi . Dia tak pernah balik . Dan kami tak pernah tahu khabar beritanya  . Entah bagaimana dia . Mata tertancap pada dinding dihadapan mata . Lukisan potret wajah yang dihasilkan oleh Rome lama ditatap . Rindunya pada dia . Rome, ingat lagi kat aku ?




//




Bayu laut lembut menyapa pipi . Bau laut yang dibawa angin . Nyaman . Bunyi hon dari kapal-kapal nelayan yang baru pulang ke pelabuhan . Bising . Suasana yang normal .  Waktu riadah sememangnya packed dengan orang . Ada yang dengan family . Couples . Budak-budak . Ada apa dengan Opera House ,aku masih tak faham sampai sekarang . Hampir 10 tahun kat sini . Hampir .


Mungkin sebab dah lama sangat kat sini, aku jadi terbiasa . Walau kat tempat asing yang tak pernah aku rasa tempat yang sepatutnya aku berada, sebab langit yang tetap sama, tetap biru . Jadi aku masih mampu bertahan sampai sekarang . Sebab langit ada kat mana-mana . Sebab aku suka langit . Suka warna langit . Walaupun warnanya sering berubah , langit tetap sama . Harapnya aku begitu . Harapnya semua begitu . Aku tak nak nikmat yang satu ni , hilang . Aku masih nak tengok lagi langit hari esok .


//



Daun pintu bilik study appa ditolak perlahan . Dia yang sedang membaca laporan kertas kerja meletakkan kaca mata di sisi . Pintu kembali ditutup . Punggung dilabuhkan di kerusi di hadapannya .


Beanie di kepala dibetulkan . Senget .Rambut yang berjuntai di tepi cuping telinga dimasukkan ke dalam. Dia meraba-raba sesuatu di dalam laci meja . Satu sampul surat putih dikeluarkan lalu dihulurkan kepada Rome . Perlahan surat itu dibuka . Anak mata berlari baris demi baris  . Tak semena, tangannya mula mengeletar . Surat itu segera diletakkan kembali ke meja dihadapan lelaki yang sudah separuh umur itu . Yang menanti Rome mengeluarkan kata-kata .

Tangan kiri mula memegang tangan kanan . Peluh dingin mula membasahi dahi . Anak mata sudah tak tetap kedudukannya.



" Dah finalize?"


Lelaki yang hampir beruban penuh itu mengangguk perlahan . Antara mahu dengan tidak  . Nafas dihela perlahan .


" Appa, I want to return to Korea . "


Kepala diangguk perlahan . Tangan kiri mengenggam pemegang di sisi kerusi . Punggung diangkat dari kerusi . Rome menghilang dibalik pintu .



Losing him was blue like I'd never known
Missing him was dark grey all alone
Forgetting him was like trying to know somebody you never met
But loving him was red
Oh, red
Burning red


Hari-hari selepas itu



"Your first love is always alive and lives all the time in your heart . How much you try to forget, it never goes away from your heart."

Pen diletakkan di sisi buku nota hardcover hitam itu . Nak lupakan dia memang macam cuba nak ingat orang yang tak pernah kau jumpa . Oh God, I missed him so much .


" Ara, ada orang nak jumpa !"

" Orang penat la, omma.."


//


Balai ketibaan di lapangan terbang Sydney itu sesak dengan orang ramai . Bunyi tapak kaki jelas kedengaran di sana sini . Bising. Bingit . Headphone yang bergantungan di leher disarung ke kepala . Jari terus menekan butang Play . Entah lagu mana yang terpasang . Berdentum di gegendang telinga . Kepala terus terangguk-angguk mengikut rentak lagu .


" Rome.. Rome.."



 Wanita separuh umur itu melabuhkan punggung di sisi Rome yang masih memejam mata . Headphone ditarik . Rome menoleh .



" Omma..!"

" Panggil tak dengar . "

" Waeyo, omma ?"

" Betul ni Rome ?"

" I'm deadly serious , omma . I want to go home . "

" Tapi Rome .. Appa got a lot of friends here, ready to help you.."

" Tak apa lah omma. It's has been ten years already . I..Tremendously missed Korea . Rindu orang Korea . Lagipun, Yoon Ji ada kan kat sana ?"



Wanita itu mengangguk perlahan . Dari jauh, appa Rome melambai-lambaikan pasport ke arah mereka .


" Let's go home."


Troli ditolak . Bagasi-bagasi besar penuh di dalam troli . Bye, Sydney . Mungkin aku takkan kembali, jadi thanks for everything . Thanks for the memories . I'm going back to Korea .



//


Bau roti yang baru keluar dari oven memenuhi segenap penjuru bakeri . Manis .  Bau Vanilla .  Daun pintu ditolak . Bergemercing bunyi loceng yang tergantung di sudut atas pintu . Kangjun yang tadi asyik meneliti buku kira-kira mendongak memandang pintu . Tak semena senyum terukir di bibir .


" Jun, nak macam biasa .."

" 5 minit . "


Kangjun segera beralih ke bahagian dapur . Ara yang tadi berdiri di hadapan kaunter beralih ke sudut tepi bakeri . Dia suka bau roti-roti yang baru keluar dari oven. Sweet scent . Mungkin tu satu-satunya sebab untuk dia rela mengunjungi kedai kecil itu . Rela bertemu dengan Kangjun . Pandangannya beralih ke arah pelanggan yang mengunjungi bakeri itu . Tak ramai hari ni . Mungkin malas nak keluar kot . Ye la, semalam salji turun lebat . Sepatutnya dia sekarang pun tak berada di sini . Supposedly she's on the bed . Sleeping . Kau bukan sebab omma yang membebel pagi tadi , tak ada maknanya dia nak keluar pegi beli roti kat kedai ni .Aishh….


Kangjun keluar dari dapur bakeri membawa sebungkus  roti panjang kesukaan omma Ara . He knews she likes his bread . Dia pun tahu omma Ara tahu yang dia suka Ara . Ajumma tengah tolong dia ..


" Petang ni free tak ?"

" Kenapa ?"

" Omma ajak makan malam . Ajak ajumma sama."

" O-Okay . "


Not-not kertas itu bertukar tangan . Berkali Kangjun menolak tapi Ara tetap berkeras. Kalau orang tengok dia selalu dapat roti free, nanti apa orang fikir .


" Jun, Rome dah balik . "




Remembering him comes in flashbacks and echoes
Tell myself it's time now, gotta let go
But moving on from him is impossible
When I still see it all in my head
In burning red
Burning, it was red




Dia . Betul-betul berdiri di hadapan aku . Orang yang aku harap untuk kembali kini berdiri di hadapan aku . Masih dengan senyuman yang sama . Tak ada yang berubah . Senyum yang paling aku rindu . Okay tipu, Yu Ba Rom makin handsome .


" Tak nak jemput aku masuk ?"

" Rome .. Masuk lah . "


Teddy bear berbentuk koala itu bertukar tangan . Tetamu dibawa ke ruang tamu . Omma Ara menghilang ke dapur . Kenapa omma tinggalkan aku pulak??


Awkward .


" Bila sampai ?"

" Semalam . Jet lag pun tak hilang lagi . Tapi semangatnya aku nak jumpa kau.."



Ara menundukkan kepala . Semangat nak jumpa aku ? Jangan Rome nampak aku tengah blushing dah aa .


" Jun apa khabar ? Masih dengan kau?"

" Jun okay . Apa maksud kau, masih dengan aku ?"



Dia senyum . Omma melaung dari dapur .


" Ara, datang sini kejap !"

" Ye omma . Datang !"



//

Kau cakap kau takkan balik . Kau cakap suruh aku jaga Ara . Tapi kenapa kau ada depan aku sekarang ? Kenapa Rome ? Lupakah kau pada kata-kata kau 10 tahun lepas ?


Kopi suam itu dihirup perlahan . Pelanggan tak ramai . Jadi dia boleh tukar tepat dengan trainee yang baru masuk kerja semalam . Seorang gadis yang baru tamat sekolah 2 minggu lepas . Asyik menulis rekod dalam buku laporan pekerja . Tak menoleh kiri dan kanan . Banyak lagi yang dia kena belajar .


Anak mata dikalih kepada orang yang berada dihadapannya yang asyik mengunyah donut yang bersalut coklat ganache itu . Wajah yang sentiasa gembira . Sentiasa tersenyum . Kawan baiknya sendiri . Kawan baik sejak dari tadika hingga sekolah rendah hinggalah ke sekolah menengah . Dan kemudian hilang tanpa berita . Bertahun-tahun tanpa cerita . Dan sekarang di sini . Di hadapannya . Mengunyah donut yang sentiasa menjadi kegemarannya tiap kali bertandang ke bakeri ini . Donut yang sama . Dengan peminat yang sama . Cuma dengan pembuat yang berbeza . Pembuat roti yang lama dah lama tak ada . Dah  7 tahun .



" Donut ni masih sama . Ajusshi apa khabar ? Tak nampak pun ."

" Dia tak ada ."

" Pergi mana?"

" Syurga ."



Hilang segala kata-kata . Senyap . Sunyi . Sepi . Yang tinggal Cuma bunyi kipas yang ligat berpusing di siling, suara pelanggan yang berbual-bual .


" Sorry . Aku tak tahu ."

" Mana kau masa aku menangis macam orang gila 7 tahun lepas ? Kenapa sekarang baru kau nak muncul ?! Balik lah Rome . Tempat kau bukan kat sini ."


Kangjun bangun dari kerusi . Berdiri tanpa memandang Rome . Tangan dikepal bawah meja . Kepala didongak memandang orang yang sedang berdiri di hadapan .


" Aku balik nak tebus masa yang aku tak ada . Bagi aku peluang .. Tolong"




//



"Nombor yang anda dial tidak dapat dihubungi . Sila tinggalkan pesanan anda setelah bunyi ' Beep '. Terima kasih ."

" Jun, ni Ara . Call balik."


Ara menamatkan panggilan. Mana si Kangjun ni ?? Tak pernah-pernah dia tak angkat call aku .  Ahh, lantak aa . Pandai lah dia call balik. Ara menyambung kembali gubahan bunga yang terbengkalai sebentar tadi. Ahh, Jun ni, spoil mood orang laa . Pasu bunga ditolak tepi . Ara berjalan keluar dari kedai bunga ibunya .


//


" Serius la wei.. Kang dia merajuk dengan aku . Dah 5 kali dia call aku ."

" Kau tak percaya aku ke ? Selama ni kau asyik ada untuk dia . Cuba sekali kau jauhkan diri dari dia . Perempuan ni macam merpati tau tak ? Makin kau kejar, makin dia lari . "



Kangjun mengangkat kening . Rome kembali mengunyah donut bersalut coklat ganache itu .



" Ni namanya ' How to grab Ara's heart in 2 weeks 's mission ."

" Kenapa 2 minggu ?"

" Sebab 2 minggu lagi aku tak ada kat sini . Ada kerja luar sikit ."





//



Botol ubat di atas meja tepi katil itu segera dicapai . Sakit di  bahagian kiri dada dah tak tertahan lagi . Ahh, macam mana boleh lewat makan ni ? Sebaik biji-biji ubat itu melalui kerongkong, segera air dihala turun . Peluh dingin yang menuruni dahi segera menyejat . Anak mata mulai stabil kedudukannya . Kepala direbahkan ke bantal . Mata dipejam sejenak . Let the heart rest for a while . Can you ?



//





" Oh, Ara, Rome tertidur . Nak ajumma kejut ke ?"

" Tak apa lah ajumma . Saja singgah sini . Ni bunga untuk ajumma . "

" Gumawo, Ara-ya .."

" Aniya .. Ara balik dulu ye ..Anyeong.."

" Anyeong Ara . Hati-hati ."





Wanita separuh umur itu melangkah menghala ke bilik Rome . Pintu bilik dikuak . Katil anak bujangnya dihampiri. Perlahan kepala anak bujangnya diusap . Kelopak mata dibuka .


" Kenapa tak nak jumpa Ara?"

" I can't."




Today, let me share one more smile. Today, let me pray once more. Today, let me drink some more of my tears. Today, let me live my life once again. Today, let me dream one more dream. Today. Who knows, there may be no tomorrow.



"I'd told you before, don't you ever accept those flowers from Ara!"

" Tapi Rome sayang..How can I turn her down..She's too nice.."

" Sebab dia baik sangat ,omma .."


Kaki terus melangkah keluar . Laju menuju appa yang setia menunggu di kereta .


//


Memang. Memang semua orang avoid aku . KangJun . Ba Rom .Ahhh, suka hati korang laa!

Kuntuman ros merah itu dilempar kasar ke dalam bakul . Bunga-bunga ni pun satu ,belai macam baby . Jaga . Abis, perasaan aku , siapa nak jaga? Ada kawan macam tak ada .

Apron yang disarung di badan ditanggalkan. Kaki terus melangkah keluar dari kedai bunga . Omma yang sibuk melayan pelanggan langsung tak dihiraukan . Tapi, ke mana aku nak pergi ? Tuhan, dia yang aku tunggu selama ni. Kenapa macam ni pula jadinya ? Anak mata terus memandang ke hadapan  . Memandang terus ke arah mentari yang sedang turun di kaki langit yang mulai jingga . Tanpa disedari, titik-titik jernih mulai berlumba keluar dari kelopak mata . Hangat .


Do you like him so much , enough for you to cry ? Tapi dia tu siapa ? Air mata tu untuk siapa ? Kangjun yang dah beberapa hari avoid kau or Rome yang tak nak jumpa kau bila kau singgah ke rumah dia?



//

" Rome, you're getting.."

" Yoon Ji, tolong la.. Seminggu lagi .  I promise I won't go anywhere after this . You can have me . I'm  yours.."

Kepala dihempuk perlahan dengan buku laporan hardcover yang masih di tangan Yoon Ji.


" Main-main pulak..Report kat ajusshi karang.."


Rome mengukir senyum kepada Yoon Ji . Yoon Ji yang sentiasa ada untuknya. tak kira masa . Tak kira tempat . Tempat dia berkongsi rasa . Berkongsi cerita .  Yoon Ji is a family afterall.


" Yoon.."

" Urm .."

" Thanks."




//



" It's as to be today . Mesti ."


Bibir dioles dengan penggilat bibir yang berwarna pink lembut . Jambangan bunga di atas meja dicapai. Langkah mula diatur keluar.


" Ara, bawak payung kalau nak keluar . Ramalan cuaca hari ni hujan belah petang!"



//


DING DONG! DING DONG!



" Oh, Ara.. Cari Rome ke?"

" Aahh..dia ada ajumma?"

" Dia keluar sekejap. Kejap lagi balik la.. "





" Wei, aku rasa rancangan kita tak jalan laa.. Dia memang suka kau ..Dia nak confess kat kau hari ni"

" Dia .. Apa?!"




Daun pintu dikuak. Rome . Rome dah balik . I need to tell him today . Mesti.


" Eh, Ara. "


Rome menoleh ke belakang . Ada orang lain dengannya . Gadis cantik yang mungkin sebaya dengan mereka melangkah masuk terus ke dapur . Siapa dia ? Siapa dia yang terus masuk dan panggil ajumma dengan panggilan ' Ommonim '? Kenapa ajumma mesra dengan dia ?


" Si-siapa tu , Rome ?"

" Oh,tu Yoon Ji . My .. Fiance."


Bagai halilintar perkataan ' fiance' itu menerobos masuk ke gegendang telinga . Aku tak tahu kenapa lelaki di hadapan aku ni masih mampu tersenyum tatkala kaki aku dah tak daya nak berdiri tegak . Pemegang kerusi dicapai .


" Ara, are you okay? Om-"

" Okay . Aku okay . Ke-kenapa kau.."

" Hah, bodoh betul aku ni kan? I'm really, really forgot to tell you guys about her . Kitorang dah lama kenal . Masa aku kat sana lagi ..Aku balik sini pun sebab dia . "

" Rome, ak-aku ba-balik dulu . Kirim salam kat ajumma.."

" Eh, tak nak join kitorang dinner? Appa pun tak sampai lagi.."

" Ta-tak apa. Aku singgah je ..nak bagi ni kat Ajumma . Maaf ganggu dinner korang . An-anyeong"



Jambangan bunga ros merah itu bertukar tangan . Kaki terus melangkah keluar . Tak menoleh lagi . Langit mulai kelam . Titik-titik renyai mulai turun . Renyai bersama yang turun di pipi. Bodoh. Kenapa tak bawak payung tadi, Ara? Basah . Habis basah baju . Baju aku yang warna Rome suka . Rome, kau kejam ..



" Rome, kenapa buat Ara macam tu? Kamu suka dia , kan?"

" I don't love her, omma!"

" I'd said nothing about love, Rome.."


Rome terduduk di ruang tamu . Matanya terus tertancap pada jambangan bunga yang baru diberi oleh Ara tadi .


" Omma, for the first time, this heart loved someone. Hari sepatutnya Rome confessed pada dia adalah hari yang sama kita berangkat ke Australia! Dan ,I thought that feeling would die with time but when I met her again, it keep growing. Bigger and bigger. This damn heart."


Omma datang memeluk Rome yang dah menekap muka yang kemerahan dengan tangan .



" And, hari ni, dia nak confess pada orang yang dah tak ada masa lagi kat dunia ni. Omma,If I'm not getting discharge within a week. That hospital will be my last house ."


Yoon Ji yang tadi berdiri di sisi turut melutut di hadapan Rome .


" You're not going to die, Ba Rom. I'll find suitable heart for you .. Then you can..you..Ara.."

" Yoon Ji-ah..That's not the thing I want to listen . I'd wait too long . This weak heart . I can't give to her.."



Oh, losing him was blue like I'd never known
Missing him was dark grey all alone
Forgetting him was like trying to know somebody you never met
'Cause loving him was red
Yeah, yeah, red
We're burning red



Pintu rumah Kangjun ditepuk berulang kali . Tapak tangan mulai merah dek dihentam pada pintu kayu itu. Dalam banyak-banyak tempat, kenapa perlu ended up kat sini? Kenapa kaki aku ke sini ? Kenapa mesti rumah Jun ? Kenapa ? Jun, buka lah pintu sekarang . Jun . Jun . Dan aku terduduk di hadapan pintu rumahnya . Kaki dibawa rapat ke badan . Sejuk . Hujan masih tak berhenti .


Why it's hurt so much?


Dan aku dah tak ingat apa-apa selepas tu . Yang nampak selepas itu Cuma bayang dia yang papah aku masuk ke dalam . Ajumma yang tukar pakaian aku yang basah . Selimutkan aku . Tidurkan aku  yang meracau .



Tell me if it just a dream .. Please, wake me up.


Dan, aku tersedar di tempat lain . Tempat yang tak pernah aku sampai . Tempat yang amat indah . Yang tak pernah aku lawati . Sebuah taman bunga . Bunga-bunga persis yang ada di kedai omma . Bunga yang mati tapi kembali berdiri megah di sekeliling aku  . Aku dah mati ke ? Kat mana ni ? Kenapa aku di sini ?


" Yoo Ara .."


Aku kenal suara tu . Suara yang aku rindu . Suara yang aku tunggu . Suara yang meremukkan hati aku sebentar tadi . Suara Yu Ba Rom.


" Live with him . He loves you  so much . He waited too long. Jangan biarkan dia tunggu lagi."


Aku nak tanya siapa yang dia maksudkan tapi dia dah hilang . Macam angin . Taman yang indah tadi juga hilang . Bersama dia . Yang tinggal sekarang Cuma tempat yang kelam . Gelap . Sejuk . Sunyi . Aku takut . Selamatkan aku .. Tolong ..


" Ara! Ara! Yoo Ara!"


Bahu digoncang beberapa kali. Aku cam suara ni . Suara yang tak pernah tinggalkan aku senang walau sehari . Suara yang sentiasa ada untuk aku . Suara yang amat mengambil berat pasal aku . Suara yang sentiasa bertanya khabar tentang aku . Suara Kangjun . Tak semena, titik-titik jernih itu mula mengalir membasahi pipi . Kelopak mata dibuka perlahan mencari sumber cahaya . Sinar cahaya berlumba-lumba masuk menerkam  retina  . Aku nampak dia . Kangjun . Dengan wajah yang risau . Wajah yang cemas .


" Ara, okay tak ni ? Kau meracau-racau tadi . Ak-aku.."


Aku tak tahu apa yang jadi dengan aku . Tindakan refleks dengan memeluknya membuatkan Kangjun tergamam seketika . Tapi, aku tak pernah rasa perasaan ni . Rasa selamat . Rasa dilindungi .



Mug kopi itu dihulur . Antara kami berdua, tak ada seorang pun yang nak memulakan bicara . Masing-masing diam seribu bahasa . Masing-masing menunggu .


" Apa yang jadi ,Ara ?"


Aku tak tahu nak cakap apa. Birai mug itu diteliti kosong . Kopi dihirup hampir separuh .


" Tak apa lah kalau kau tak nak cakap . Aku tunggu nanti.."

" Rome ..dia dah ..ad-ada tunang "

" Ap-apa?!?



Pandangan kembali ditunduk ke lantai kayu itu . Kosong . Sekosong hati dan fikiran aku . Aku tunggu dia hampir setiap hari . Tunggu dia balik . Sedar-sedar dah hampir 10 tahun  . Dan dia balik . Aku ingat hatinya masih pada aku. Rome,aku tunggu kau . Hari-hari aku harap kau datang ketuk pintu rumah aku . Macam kau selalu buat masa kita sekolah dulu . Tapi Rome, cepatnya hati kau berubah . Sampai hati kau buat aku macam ni. Senangnya kau keluarkan perkataan tu . Senangnya kau hancurkan harapan aku . Senangnya kau musnahkan segalanya . Sampai hati kau, Yu Ba Rom .



Bahu diraih . Air mata yang mula berjuraian kembali diseka .


" Ara, jangan nangis . Aku ada . Aku akan sentiasa ada untuk kau ."


//



BAM!BAM!BAM!

Pintu rumah Rome diketuk bagai nak roboh . Rome yang dari tadi membantu ibunya mengemas baju-baju untuk dimasukkan ke dalam beg tergamam dengan ketukan yang kuat itu . Dia membetulkan beanie di kepala sambil melangkah ke pintu . Sebaik pintu dibuka, satu tumbukan hinggap di perut membuatnya terundur ke belakang . Ibunya melaung dari bilik .


" Siapa tu , Rome ?"

" K-KangJun , omma ."



Rome melangkah keluar dari rumah . Dia tahu sebab lelaki yang sedang mengenggam penumbuk dihadapan menumbuknya sebentar tadi . Sebab semalam .


" Kerja gila apa yang kau buat ni ,Rome ?! "

" I PAVED YOU THE ROAD !"

" What kind of a road that you paved sampai Ara balik demam-demam ? "

" Kau suka dia tapi dalam masa 10 tahun ni, ada kau buat langkah yang agresif nak ambil hati dia ? Tak ada . Kau tunggu dan tunggu . Tapi sampai bila kau nak tunggu ? Aku pergi sebab nak bagi kau peluang dengan dia . Aku balik dengan harapan nak tengok korang bersama . Tapi keadaan korang sama macam yang aku tinggal dulu . Kau asyik macam ni, sampai bila-bila pun Ara takkan jadi milik kau, bangang!"

" Kalau kau duduk kat tempat aku, apa yang kau nak buat bila yang dia tunggu hari-hari tu kau? Yang dia rindu tu kau ? Yang dia selalu sebut tu, kau ? Dan bukan aku!"

" I wished I'm at your place ! I wish!"

" Ap-apa maksud kau?"

" Tak ada apa-apa lah . Mulai sekarang, kau ambil hati dia . Buat dia suka kau . Lupakan aku . I'm just her past puppy love . That puppy love tak kekal . Hati boleh berubah bila masa berlalu . Dia Cuma masih terperangkap dalam masa lalu dia . Sekarang yang tinggal Cuma kau ."

" Habis kau?"

" Aku dah ada tunang la..Ara is my past . Aku tak pernah confessed pun kat dia, Jun . Hari yang aku nak confessed tu dah lama berlalu . 10 tahun lepas . Sekarang ni yang ada Cuma kau dan dia . Masa tak tunggu kita, Jun ." 


 Sekarang

Kaeun seakan masih tidak mampu memproses cerita yang baru didengarinya . Wanita tua dihadapannya direnung . Wajah yang sentiasa tenang . Yang sentiasa lembut dalam bicara . Yang sentiasa memiliki senyuman yang cukup manis untuk semua orang . Tertanya-tanya juga dia, sanggupkah orang menyakiti hati wanita ini?


" Did you forgive him, halmoni?"


Dia kembali mengukir senyum .



Tahun-tahun sebelum itu..


Setiap hari, KangJun akan ke rumahnya untu menghantar pastri . Setiap hari juga dia akan menunggu . Entah mengapa baru sekarang dia cuba membuka hati kepada KangJun . Dia tak tahu sama ada dia simpati pada KangJun atau dia sudah mula menyukai KangJun . Dia juga tak mahu perasaan itu menipu KangJun mahupun dirinya . Dia masih keliru . Masih ragu-ragu . Sebab baginya semua ini berlaku terlalu cepat . Terlalu pantas dalam masa yang singkat .

Tapi dia tetap akan tunggu pastri-pastri Kangjun yang akan datang pada setiap petang . Tetap akan menunggu walau hari hujan . Walau dia kesejukkan di ruang tamu tatkala rumahnya kehabisan kayu untuk dibakar di dalam pendiang api . Sebab dia tahu, KangJun akan datang .



Hari-hari seterusnya 


" Propose her, bodoh . Sampai bila kau nak tunggu? Sampai aku mati?"

" Aku tak .."

" I want you to do it tomorrow. Muktamad ."



Hari-hari sebelum itu


Pintu rumah diketuk . Kangjun . Kangjun datang . Pintu dikuak . Senyuman yang terukir di bibir terhapus dengan sekelip mata . Bukan Kangjun yang sedang berdiri . Tapi lelaki dengan beruang koala lagi . Wajahnya pucat . Dah bertambah cengkung . Eyebags jelas kelihatan. Dia dah tak seperti selalu . Tapi senyumnya masih sama .


"Apa kau nak ?"

" Ara, maafkan lah aku . Aku bukan sengaja tak nak bagitau kau .. Please, Yoo Ara.."

" Ye la, ye la ."

" Kita still kawan, kan ?"


Kepala diangguk perlahan . Dia tak tahu macam mana nak marah dengan Rome .


Hari-hari kemudian


 Kereta itu meluncur masuk ke perkarangan car park . Enjin dimatikan . KangJun keluar untuk membuka pintu untuk Ara. Kali pertama mereka keluar . Kali pertama Ara setuju untuk keluar bersama . Sepanjang perjalanan ke taman rekreasi itu, mereka hanya menyepikan diri . Sesekali bibir menyanyikan lagu-lagu yang berkumandang di radio. Memang anak mata difokuskan pada jalan raya , tapi Ara tak tahu apa yang ada dalam fikiran KangJun waktu itu .

Kaki dibawa melangkah ke sebuah bangku di taman itu . Waktu petang . Ramai orang sudah semestinya . Punggung dilabuhkan di kerusi kayu itu .


" Kenapa kau bawak aku ke sini?"


KangJun masih diam .


" Jun ?"

" Yoo Ara.."

" Ya?"

" Aku tak tahu bila semua ni bermula . Aku pun tak tahu bila ia akan berakhir . Bagi aku, aku tak mahu ia berakhir . Perasaan aku pada kau . "

" Apa maksud kau? Aku tak faham."

" Marry me,please, Yoo Ara ?"


Serentak dengan ayat terakhir Kangjun, oksigen seakan sudah berhenti dari memasuki paru-paru . Wajah Kangjun ditatap seketika . Kemudian dikalih ke tasik buatan di hadapan. Kemudian ditunduk ke lantai tanah di kaki.


" Boleh bagi aku masa?"

" 3 hari?"


Kepala diangguk perlahan .


Hari pertama


Kelopak mata dibuka perlahan . Sinar mentari berlumba-lumba mahu menerjah lantai bilik di sebalik langsir. Pukul 8 pagi . Selimut ditarik kembali. Menutupi seluruh badan . Aku tak nak jumpa sesiapa.


Hari kedua


Bergemercing bunyi loceng yang tergantung di hadapan pintu kedai bunga . Ara mengintai di sebalik bunga yang hampir menenggelami kedai . Harapnya bukan Kangjun. Bukan Kangjun . Bukan Kangjun . Rome. Rome segera diajak ke bahagian belakang kedai . Tempat dia menggubah bunga untuk dipamerkan di hadapan kedai.


" Kenapa kau call aku tadi? macam urgent je.."

" Kangjun . He proposed me ."

" Great!"


Kening dinaikkan sebelah . Aku tak faham bila orang kat depan aku ni dah tersenyum lebar sampai ke telinga .


" Accept je lah . Kau bukan sehari kenal dia . Dia dah lama suka kau lah ."

" Tapi, Rome.."

" Ara, ingat lukisan potret yang aku bagi pada kau? "


Kepala diangguk perlahan . Masih cuba memproses patah-patah perkataan yang terbit dari bibir Rome .


" Sebenarnya dia yang lukis  . Dan aku janji padanya, yang aku takkan bagitau kau . Sebab dia takut kau jauhkan diri dari dia ."

" Apa kau merepek ni?"

" Maaf Ara. "


Aku dah tak tahu nak kata apa . Bertahun aku percaya lukisan tu dari Rome . Bertahun .


" Kangjun is a great man . He can be the best husband for you. Best father for your future children . Dan dia akan sayang kau sepanjang hidup dia . Percaya pada aku.."



Hari-hari seterusnya


" Rome, aku nak kau jadi bestman aku . Ara said yes . Ajumma nak langsungkan cepat-cepat . Jadi, we're going to get married in this two weeks. Gila, kan? Apa pun , Rome , Thanks . Aku takkan lupa jasa kau sepanjang hayat aku ."


Gagang telefon diletak . Tangan meraba pemegang sisi kerusi . Terduduk .


" Kenapa, Rome ?"

" They're getting married."


Omma datang memeluk Rome yang dah mula memerah kelopak mata . Malam itu dia menangis dan tak sedarkan diri . Jantungnya penat berkerja .



Sekarang



" Jadi halmoni tahu tentang penyakit Rome?"


Wanita itu menggelengkan kepala .



Hari itu


Gaun putih yang tersarung di badan diteliti sekali lagi . Omma dah keluar . Semua orang dah keluar dari bilik . Apa aku nak buat sekarang ? Betul aku nak kahwin ni? Hari ni?


Ara menepuk pipi . Jangan fikir bukan-bukan . Braid rambut dibetulkan sekali lagi . Dari tadi tangan asyik menggeletar . Entah kenapa . Aku tak rasa gementar sebab majlis hari ni . Sebab lain . Tapi aku tak pasti sebab apa .


Pintu bilik diketuk perlahan .


" Masuk.."


Rome menjengahkan kepala . Dia masuk tapi dia tak berseorangan .


"Ara, ni Yoon Ji . Dia nak tengok bakal pengantin yang cantik ni ."

" Apa kau merepek ni, Rome ?"


Rome puji aku cantik . Badan ditunduk sedikit kepada dia yang berdiri di sebelah Rome . Dia cantik pada mata aku . Manis . Macam puteri .


" Yoon Ji ."

" Ara."

" Hari tu tak sempat nak kenal dengan awak . Rome banyak cerita pasal awak ."

" Oh ye ke ? Maaf lah hari tu ada hal sikit ."


Bodoh kau , Ara . Langsung tak boleh cover perasaan . Kan dia dah perasan . Buat malu je .


Dan mereka pamit untuk menyertai yang lain . Tinggalkan aku keseorangan lagi . Jari - jemari dah mulai menyejuk .  Dada terasa sebak . Dia dah bahagia  , Ara . Lupakan dia . Matikan perasaan kau pada Yu Ba Rom .



//


Yoon Ji membetulkan bow tie Rome .


" Dah handsome dah .."

" Ah, thanks .."

" Ehem .."


Kangjun berjalan menghampiri mereka . Segak dalam tuxedo .


" Tak nak introduce kan aku dengan cik yang cantik ni ke?"

" Ahh, ni Yoon Ji . Dan Yoon Ji, ni Kangjun ."


Yoon Ji sekadar tersenyum kepada Kangjun . Dan dia pamit untuk pergi menyertai omma Rome . Agak janggal untuk terus  berlakon . Sebab dia tak pandai berlakon . Dia tak ambil jurusan seni  lakonan masa di universiti dulu . Dia ambil medic . Bahagian cardiac . Tapi sekarang dia adalah doktor jantung Rome merangkap tunangan palsu Rome . Atas sebab tu dia diheret sama ke majlis ni . Bergaul dengan sahabat Rome . Kenal dengan dia yang Rome sanggup korbankan segalanya . Tapi sebab seorang Yu Ba Rom , dia turutkan juga . Baginya, sesiapa yang bermakna dalam hidup Rome bermakna juga baginya . Sebab Rome adalah sepupunya . Sahabatnya yang paling rapat . Sahabat yang kini sedang meninggalkan dia .


//


Nafas ditarik dalam-dalam kemudian dihela keluar perlahan . Sikit lagi , Rome . Please,not now. Bibir ditarik segaris senyum pada Kangjun di sebelah. Dan hari ni aku akan lepaskan dia pada Kangjun . Moga Kangjun dapat jaga dia hingga akhir hayat . Sayang dia sampai bila-bila . Cintakan dia tanpa pernah rasa jemu .


 Jun, boleh kau janji takkan tinggalkan dia? Untuk hayat ni ?


//


Kaki melangkah seiring dengan appa . Gementar . Peluh dingin membasahi dahi . Hari ni . Aku toleh ke sebelah kiri . Ada ajumma . Yoon Ji . Kat depan ada omma Kangjun . Ara, this it is .



//



Cincin bertukar . Anak mata saling bertaut . Gema tepukan dari tetamu yang hadir memenuhi seluruh dewan .Aku dah sah menjadi isteri KangJun. Kangjun yang setia menunggu aku selama 10 tahun lebih ini . Siapa tahu,akhirnya aku dengan dia . Siapa sangka aku akan terima dia jadi peneman aku sepanjang hidup yang akan mendatang. Siapa aku nak tolak takdir hari ni yang aku akan melahir keturunan aku dan dia kelak. 

 Dengan lembut dia raih tangan aku . Badan dipusing menghadap tetamu yang hadir dan tunduk hormat . Berterima kasih sebab segalanya dah selesai . Aku pandang Rome yang tak habis senyum dia . Entah kenapa , aku rasa aku rindu sangat nak tengok dia senyum . Rasa macam dah tak dapat tengok lepas ni . Dia pandang aku . Dia angguk . Dan tanpa aku sedar, titik-titik jernih mula membasahi pipi  .


Rome, what if this story was twisted? Atau permintaan aku ni terlalu keterlaluan?

//



Badan disandarkan pada dinding hallway . Kaki dah tak dapat menampung berat badan yang dari tadi berdiri tanpa rehat . Lepas congratulatory speech, Rome terus berlari keluar dari ballroom . Peluh memercik di dahi . Baju mulai basah .  Dengan kelopak mata yang hampir tertutup, dia nampak Yoon Ji berlari ke arahnya . Dia tahu Yoon Ji menjerit memanggil namanya namun gegendang telinga dah tak dapat nak proses perkataan untuk dihantar ke otak . Dah sarat  . Dah tak larat . Penat . Terlalu penat . Tapak tangan dibawa ke dada bahagian kiri. Cuba mencari degupan jantung yang semakin menghilang . Dan pandangan mulai kelam .



//


" Ommonim, dia akan sedar . Jangan risau ."

Aku dengar suara Yoon Ji .

" What if.."

Omma

" Hye Jung, dia akan sedar. Buka mata dan tengok awak yang tengah berdiri sebelah dia ni . I'll never let him go without seeing us first ."

Appa


Aku masih hidup ? Tapi kenapa semuanya gelap ? Kenapa aku tak dapat rasa satu pun anggota badan aku ? Kenapa semuanya berat ? Nak bernafas pun susah . Nak buka mata pun dah tak larat . Aku dengar ECG . Maknanya aku masih hidup?



//


Tuala basah diperah kembali ke besen kecil di sisi katil . Lengan Rome dilap lembut .

" Sayang, kalau dengar suara omma, tolong buka mata sekarang ..Ada orang nak jumpa .."


Perlahan-lahan kelopak mata mula membenarkan cahaya kembali menerjah ke dalam retina . Terang . Cerah . Tapi kabur .


" Rome.."


Suara KangJun .Tapi dia tak boleh nampak aku macam ni . Tak boleh .


" Bodoh, kenapa tak bagitau aku yang kau sakit?"


KangJun melabuhkan punggung di sisi katil . Segaris senyuman tercarik di bibir Rome .


" Sorang ?"

" Ara ada kat luar. Dengan your-so-called-fiancee. Sampai hati kau tipu kami .."

" Aku minta maaf. Yoon Ji bukan tunang aku . Dia sepupu aku ."

" Bukan pasal tu la, bodoh ."


Wajah KangJun dipandang kosong. Anak mata dilarikan ke siling kosong.


" Kau buat semua ni untuk aku , kan? Kenapa?"

"  Aku nak tengok kau bahagia."

" Walau aku kahwin dengan orang yang kau cinta?"

" Stop that nonsense. "

" Yeah, it's true. Kalau tak kenapa kau tipu Ara yang pasal lukisan tu?"

"Sebab aku tahu kau suka dia. Sebab aku tak dapat nak bahagiakan dia . Sebab aku akan mati . So, what’s the point of having me confessing to her while I'm dying?"

KangJun terdiam . Daun pintu dikuak . Ara menjengah masuk. Kangjun berundur memberi ruang pada Ara.


" Ba Rom..how are you?"

" I'm fine.."


Dia cuba mengukir senyum . Ara yang dah berkaca-kaca matanya itu cuba menggagahkan diri untuk senyum pada Rome yang makin pucat .


" Isteri kau cantik , Jun . "


Kangjun senyum dari belakang . Kawan, what if this story was twisted?


" Rome.."

" Kau dah chubby sejak kahwin ni..Asyik makan pastri je keje kau sekarang ni..?"

" Mana ada!"

"Ara, aku ada terbaca satu quote 'The magic of first love is as painful when its over, but do you know the sweetest part of it? It is when you learn to cry, to let go , to be strong and to be wise . And when you love again, you will know how to keep it  . this time longer..' ."

" Kau banyak cakap eh, Rome?"


Rome tersenyum lagi . Mungkin kali ni lebih lama .Mungkin kali ni yang paling istimewa . Sebab Yoo Ara dah dewasa . Yoo Ara yang childish itu dah matang . Dan dia ada Kangjun . Kangjun yang sentiasa akan menemani dia . Sepanjang hayat  Dewasa bersama . Meniti hari-hari tua bersama .


" Listen... live... be happy... smile... Who knows? Tomorrow may not be…"


Tangan Kangjun dan Ara digengam erat . Hangat . Tanpa dia sedar, titik-titik jernih itu mula menuruni membasahi pipi . Bibir yang kering merekah itu mula tertutup rapat. Mungkin tugasnya di sini dah tamat . Biarkan dia rehat . Sekejap saja . Mungkin akan ada lagi orang yang patut dia satukan di masa hadapan . Biarkan mereka bina cerita cinta mereka sendiri . Dia dah tak perlu campur tangan. Dan dia pasti, mereka akan bahagia . Dengan anak-anak yang comel yang akan dilahirkan . Walaupun dia tak sempat untuk bertemu dengan mereka . Menjadi pak cik mereka . Belikan hadiah pada setiap sambutan hari lahir mereka . Menghadiri hari sukan mereka . Berkumpul masa hari Chuseok . Main bola bersama . Skating . Dan walau sekadar untuk duduk bercerita pasal sekolah pada hujung minggu, dia tak sempat untuk merasai itu .

Tapi tak apa . Sebab dia dah cukup bahagia untuk tinggalkan mereka begini . Dan kalau diberi peluang sekali lagi pun, tak mungkin dia mahu jalan cerita yang berlainan . Kerana dia tahu, Kangjun suka Ara sebelum dia tahu apa itu cinta . Dan andai dia dilahirkan semula di masa hadapan, biarkan dia berkesempatan untuk belajar bahagia . Belajar untuk terus hidup demi orang yang dia sayang . Belajar bercinta dengan orang yang dia suka . Tak sakit . Terlantar di katil hospital macam sekarang.


Tell me if it just a dream..Please wake me up now ..


Sekarang


Mafla tebal di leher yang tersarung dibetulkan sekali lagi . Topi disarung untuk menutupi kepala yang sedang memutih dengan uban .

" Yeobo, cepat..dah lambat ni . Nanti jammed."

Terkocoh-kocoh wanita separuh abad itu menuruni tangga . Tangan diraih dan mereka beriringan keluar menuju ke kereta tua yang setia menemani mereka ke mana sahaja sejak hari pertama mereka berkahwin . 40 tahun lalu. Hadiah pemberian dari keluarga Yu .


" Haraboji! Nak ke mana?"

Kaeun berlari menuju ke garaj kereta .


" Hei, Lee Kaeun, nanti jatuh!"

" Nak ikut.."

" Cepat masuk ."


Rome, hari ni kami bawa cucu kami melawat kau . Pada ulang tahun ke-40 kami . Rome,terima kasih untuk segalanya . Tak mungkin aku dapat balas jasa kau di hayat ni. Mungkin pada hayat lain.

No comments:

Post a Comment